Jumat, 19 Oktober 2012


VIRUS
Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Para penemu virus antara lain D. Iwanoski (1892) pada tanaman tembakau, dilanjutkan M. Beijerinck (1898), Loffern dan Frooch (1897) menemukan dan memisahkan virus penyebab penyakit mulut dan kaki (food and mouth diseases), Reed (1900) berhasil menemukan virus penyebab kuning (yellow fever), Twort dan Herelle (1917) penemu Bakteriofage, Wendell M. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik pada tembakau. Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang biologi yang mempelajari virus disebut virology.

1. Ciri-ciri Virus
Berukuran ultra mikroskopis
Parasit sejati/parasit obligat
Berbentuk oval, bulat, batang, huruf T, kumparan
Kapsid tersusun dari protein yang berisi DNA saja atau RNA
Dapat dikristalkan
Aktivitasnya harus di sel makhluk hidup

2. Struktur Virus
Untuk mengetahui struktur virus secara umum kita gunakan bakteriofage (virus T), strukturnya terdiri dari:
a. Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
b. Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus.
c. Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
d. Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor.

3. Reproduksi Virus
Cara reproduksi virus dikenal sebagai proliferasi yang terdiri dari:
a. Daur litik (litic cycle)
1. Fase Adsorbsi (fase penempelan)
Ditandai dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah menempel virus mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri untuk memasukkan asam inti virus.
2. Fase Injeksi (memasukkan asam inti)
Setelah terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan asam inti (DNA) ke dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada di luar sel bakteri dan berfungsi lagi.
3. Fase Sintesis (pembentukan)
DNA virus akan mempengaruhi DNA bakteri untuk mereplikasi bagian-bagian virus, sehingga terbentuklah bagian-bagian virus. Di dalam sel bakteri yang tidak berdaya itu disintesis virus dan protein yang dijadikan sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
4. Fase Asemblin (perakitan)
Bagian-bagian virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit menjadi virus sempurna. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200 buah dalam satu daur litik.
5. Fase Litik (pemecahan sel inang)
Ketika perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel bakteri dengan enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.
b. Daur lisogenik (lisogenic cycle)
1. Fase Penggabungan
Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus memutus DNA bakteri, kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang terputus tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung materi genetik virus.
2. Fase Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag. Kemudian DNA bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
3. Fase Sintesis
DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk bagian-bagian viirus
4. Fase Perakitan
Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan kemudian DNA masuk ke dalam akan membentuk virus baru
5. Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang terlepas dari inang akan mencari inang baru

4. Klasifikasi Virus
Menurut klasifikasi Bergey, virus termasuk ke dalam divisio Protophyta, kelas Mikrotatobiotes dan ordo Virales (Virus). Pada tahun 1976 ICTV (International Commite on Taxonomy of Virus) mempublikasikan bahwa virus diklasifikasikan struktur dan komposisi tubuh, yakni berdasarkan kandungan asam. Pada dasarnya virus dibedakan atas dua golongan yaitu virus DNA dan virus RNA.
a. Virus DNA mempunyai beberapa famili:
1. Famili Parvoviridae seperti genus Parvovirus
2. Famili Papovaviridae seperti genus Aviadenovirus
3. Famili Adenoviridae seperti genus Mastadenovirus
4. Famili Herpesviridae seperti genus Herpesvirus
5. Famili Iridoviridae seperti genus Iridovirus
6. Famili Poxviridae seperti genus Orthopoxvirus
b. Virus RNA mempunyai beberapa famili:
1. Famili Picornaviridae seperti genus Enterivirus
2. Famili Reoviridae seperti genus Reovirus
3. Famili Togaviridae seperti genus Alphavirus
4. Famili Paramyvoviridae seperti genus Pneumovirus
5. Famili Orthomyxoviridae seperti genus Influensavirus
6. Famili Retroviridae seperti genus Leukovirus
7. Famili Rhabdoviridae seperti genus Lyssavirus
8. Famili Arenaviridae seperti genus Arenavirus

5. Peran Virus dalam Kehidupan Manusia
a. Virus yang menguntungkan, berfungsi untuk:
1. Membuat antitoksin
2. Melemahkan bakteri
3. Memproduksi vaksin
4. Menyerang patogen
b. Virus yang merugikan, penyakit-penyakit yang disebabkan virus antara lain:
1. Pada Tumbuh-tumbuhan
Mozaik pada daun tembakau Tobacco Mozaic Virus
Mozaik pada kentang Potato Mozaic Virus
2. Mozaik pada tomat Tomato Aucuba Mozaic Virus
Kerusakan floem pada jeruk Citrus Vein Phloem Degeneration
3. Pada Hewan
Tetelo pada Unggas New Castle Disease Virus
Cacar pada sapi Vicinia Virus
Lidah biru pada biri-biri Orbivirus
Tumor kelenjar susu monyet Monkey Mammary Tumor Virus
4. Pada Manusia
Influensa Influenzavirus
AIDS Retrovirus
SARS Coronavirus
Flu burung Avianvirus

6. Pertahanan Diri Terhadap Serangan Virus
Kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit disebut virulensi. Virulensi virus ditentukan oleh:
a. keberadaan dan aktivitas reseptor pada permukaan inang yang memudahkan virus untuk melekat
b. kemampuan virus menginfeksi sel
c. kecepatan replikasi virus dalam sel inang
d. kemampuan sel inang dalam menahan serangan virus
Sebagian besar virus masuk ke tubuh manusia melalui mulut dan hidung, kulit yang luka. Jika ada virus yang masuk, sel tubuh akan mempertahankan dengan menghasilkan sel fagosit, antibodi, dan interferon (protein khas)

TUGAS MAKALAH BIOLOGI UMUM II “Daur Ulang (Recycle) Sampah Anorganik”


TUGAS MAKALAH BIOLOGI UMUM II
“Daur Ulang (Recycle) Sampah Anorganik”




 OLEH
                                      
      NAMA  : WENDRA PRIATAMA 
     NIM      : A1C411073
     PRODI  : PENDIDIKAN BIOLOGI



DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Aprizal Lukman, M.Si


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012



BAB I
PENDAHULUAN
1A     Latar belakang
Permasalahan lingkungan merupakan isu yang tidak bisa di hindarkan. Saat ini sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat serius yang di hadapi masyarakat Indonesia pada umumnya. Bisa dikatakan sampah setiap hari di hasilkan oleh ibu-ibu rumah tangga, Baik itu sampah organik maupun anorganik. Namun yang memprihatinkan, sampah-sampah yang dihasilkan tersebut malah dibuang sembarangan di berbagai tempat, dan efeknya akan merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jumlah produksi sampah setiap tahun akan bertambah seiring dengan bertambah jumlah penduduk.
Pemerintah saat ini telah berupaya dengan berbagai cara untuk mengatasi masalah sampah. Terutama masalah sampah anorganik. Namun, belum mencapai titik kesempurnaan. Hal ini dikarenakan angka jumlah sampah yang ada di Indonesia sangat tinggi. Sehingga pemerintah kesulitan untuk menentukan cara yang tepat untuk menyelesaikannya.
Makalah ini disusun untuk memberikan pandangan mengenai dampak buruk sampah anorganik, serta cara penyelasaiannya.

2.      Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu agar :
1.      Dapat Mengetahui Pengertian Sampah dan Daur Ulang Sampah
2.      Dapat  Mengetahui Cara-Cara Pembuatan Daur Ulang Sampah
3.      Dapat Mengetahui Manfaat Daur Ulang Sampah
4.      Dapat Mengetahui Keuntungan Dan Kerugian Dalam Pembuatan Produk Daur Ulang Sampah.



BAB II
PEMBAHASAN
1 B.  Pengertian sampah.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (Anonim:2012).

Setiap tahun jumlah sampah di Indonesia pada umumnya selalu bertambah, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta penggunaan bahan-bahan yang menghasilkan banyak sampah secara berlebihan.


2.      Jenis-jenis sampah berdasarkan sifatnya.
a.       Sampah organik.
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
b.      Sampah anorganik
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.


3.      Pengertian daur ulang sampah plastik.
Berbicara masalah sampah, tentu yang ada dalam pikiran kita adalah sisa-sisa bahan yang tidak dipakai lagi, kotor dan berbau busuk serta tidak berguna. Namun anggapan seperti itu tidak selalu benar, sampah juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi barang yang bernilai jual dan menguntungkan dengan cara daur ulang.
Daur ulang (Recycle) sampah plastik adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce,nandnRecycle).
Sampai saat ini sampah plastic merupakan sampah yang belum diketahui cara penanggulangannya. Namun saat ini cara yang paling tepat adalah dengan mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi suatu produk yang bernilai tinggi
.
Proses atau Tahapan Daur Ulang
.Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapatsobat lakukan:
1)      Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buangsepertikertas,botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya. 
2)      Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkanberdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, danplastik. 
3)      Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisadigunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelumdigunakan.
4)      Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang sampah,atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senanghati membeli barang tersebut.
5)      Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan kenapatidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas berbagaisampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang bermanfaat.

4.      Keuntungan Daur Ulang Sampah Anorganik
A. Aspek Lingkungan
1. Penghematan Sumber Daya Alam
Pemenuhan bahan baku pabrik dari hasil pemulungan sampah menyebabkan penggunaan bahan baku yang berasal dari alam menjadi berkurang dan dapat ditekan. Selanjutnya bahan baku dari alam dapat digunakan untuk proses produksi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Sebagai contoh, setiap ton daur-ulang baja dapat menghemat 1,5 ton biji besi dan 3,6 barel minyak atau menghemat 67% energi. 

2. Pengurangan Pencemaran Lingkungan
 Beberapa keunggulan daur-ulang sampah anorganik yang berkaitan dengan penanggulangan pencemaran lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:  a. Mendaur-ulang 1 ton kertas koran akan menyelamatkan 17 pohon dan menggunakan kertas daur-ulang dapat mengurangi 74% pencemaran udara, 34% pencemaran air, dan menghemat energi hingga 67%.  b. Usaha daur-ulang sampah anorganik seperti kaca, plastik, kertas koran, kaleng, besi, dapat mengurangi tumpukan sampah kota hingga 25%. 

B. Aspek Ekonomi
1. Menghemat Biaya Operasional Pengelolaan Sampah    
Daur-ulang sampah anorganik telah terbukti dapat mereduksi biaya pengangkutan dan pembuangan akhir. Sebagai contoh, di Bandung laju daur-ulang sampah anorganik di 38 TPS yang ada adalah sekitar 37.204 kg per minggu atau 1.939.923 kg per tahun. Biaya satuan pengangkutan dan pembuangan akhir untuk setiap ton sampah di Kota Bandung adalah sebesar Rp.58.540,- dan Rp.17.700,-, maka biaya pengelolaan sampah yang dapat dihemat bisa mencapai Rp. 147 juta setiap tahun. Bila diasumsikan laju daur-ulang sampah anorganik meningkat sampai 20% dari total sampah anorganik yang masuk ke TPS, maka biaya yang dapat dihemat mencapai Rp. 379 juta per tahun.

2. Menciptakan Lapangan Kerja Hasil
 Studi CPIS (1988) menyebutkan bahwa seorang pemulung di Jakarta mampu mengumpulkan rata-rata 35 kg sampah per hari. Apabila penyerapan pemulung terhadap total produksi sampah kota sebesar 25%, maka di Jakarta saja yang menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah per hari mampu menciptakan lapangan kerja di sektor informal bagi Kurang lebih 40.000 pemulung. 

Selain itu kegiatan daur-ulang sampah anorganik mampu menciptakan usaha bagi pelapak, bandar dan pemasok. Dengan asumsi dasar bahwa seorang pelapak membeli dari 15,5% pemulung setiap harinya (CPIS, 1988), maka kegiatan daur-ulang sampah mampu menciptakan usaha bagi sekitar 2.500 pelapak di Jakarta, dengan keuntungan bersih yang relatif cukup besar, yaitu Rp.32.445,- setiap hari. 

3. Menyediakan Bahan Baku Bagi Industri Daur-Ulang
Sampah Hasil penyortiran sampah oleh pemulung akhirnya akan disetorkan ke pabrik pengolah bahan sampah sebagai bahan baku kelas dua. 
Sebagai contoh di Indonesia terdapat dua pabrik kertas berskala besar yang membutuhkan bahan baku dari sampah kertas sebesar 50 ton per hari (PT. Gunung Jaya Agung) dan 1.000 ton/hari (PT. Sinar Dunia Makmur). Dari kedua pabrik kertas tersebut, kebutuhan bahan baku yang dipasok dari pemulung mencapai 378.000 ton setiap tahun yang berarti penghematan sejumlah 6 juta pohon yang seharusnya ditebang sebagai bahan baku kertas.


BAB III
SIMPULAN
        Daur ulang adalah proses tuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, andRecycle).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah
kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.








REFERENSI
http://dimas-lionheart.blogspot.com/2011/10/manfaat-daur-ulang.html



Sabtu, 22 September 2012

Inilah Sulawesi yang Memikat Wallace
 
 


Inilah Sulawesi yang melegenda, yang memikat Alfred Russel Wallace saat menjelajah pulau ini pada tahun 1856, 1857, dan 1859. Ilmuwan alam dari Inggris itu begitu terpesona, sekaligus kebingungan, saat melihat banyaknya spesies endemis di pulau ini yang tak ditemui di belahan Bumi lainnya, bahkan di kepulauan lain di Nusantara yang berdekatan dengan Sulawesi.

Sebagian besar orang di Indonesia barangkali masih asing dengan Wallace dan lebih mengenal Charles Darwin sebagai penemu teori evolusi yang dipicu seleksi alam. Padahal, Wallace lebih dulu merumuskan teori seleksi alam, atau setidaknya berbarengan dengan seniornya, Darwin. Keduanya merumuskan teori ini setelah mengamati keberagaman sekaligus kekhasan flora serta fauna saat menjelajah dunia. Darwin meneliti di Galapagos dan Wallace di Nusantara.

Kepulauan Galapagos terletak di bagian timur Samudra Pasifik, 970 kilometer dari Amerika Selatan. Jaraknya sekitar 19.000 kilometer dari Indonesia dan membutuhkan waktu tempuh hampir 25 jam menggunakan penerbangan zaman ini. Terasing di lautan, Galapagos telah dikolonisasi oleh spesies dari daratan sejak jutaan tahun lampau, menciptakan berbagai jenis spesies yang khas. Darwin adalah geolog pertama yang mengunjungi Galapagos tahun 1835. Pada akhirnya, dia justru mendalami keunikan satwa Galapagos.

Seperti Darwin, Wallace sangat terpukau dengan satwa endemis yang ditemuinya di Sulawesi. Sesaat setelah kepulangannya dari Manado, Sulawesi Utara, Februari 1858, Wallace tergeletak di kamar tidurnya di Ternate, Maluku Utara. Ia terserang demam, kemungkinan karena malaria. Dari kamar itulah dia menulis surat kepada Darwin yang dihormatinya. Wallace melampirkan makalah pendek di surat itu, yang diberinya judul ”On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from the Original Type”.

Makalah yang ditulis tangan dengan tergesa-gesa selama dua malam itu merangkum lebih dari sepuluh tahun penelitian. Wallace menggabungkan berbagai petunjuk dari penyebaran satwa di bentang alam yang beragam dengan fenomena keragaman di dalam spesies itu sendiri. ”... mengapa ada spesies yang mati dan sebagian sanggup bertahan?” gugat Wallace.

Jawabannya, menurut Wallace, bahwa di antara sesama satwa liar itu mereka bersaing untuk bertahan hidup. Hanya varian yang paling cocok dengan keadaan lingkunganlah yang sanggup bertahan.

Makalah yang dikirim Wallace memberi jawaban bagi Darwin tentang fenomena seleksi alam yang hingga tahun itu belum dirumuskannya: the fittest would survive (individu inferior akan mati dan individu superior akan bertahan).

Lebih lanjut, ”persaingan untuk bertahan hidup” ini pasti menghasilkan perubahan arah yang adaptif dalam spesies itu. Perubahan kondisi fisik itu mungkin akan mengaburkan, bahkan menyebabkan kepunahan, ras lama dan membentuk ras baru yang lebih unggul.

”Kijang dengan kaki lebih pendek atau lebih lemah tentu akan lebih mudah diserang harimau,” kata Wallace. Karena itu, kijang yang mampu bertahan hidup adalah yang memiliki kaki yang kuat. Dengan proses yang sama, hal ini menjawab mengapa jerapah berleher panjang; karena yang berleher pendek tidak sukses mewariskan keturunan yang sanggup bertahan hidup.

Tulisan Wallace itu ditutup dengan sebuah kesimpulan yang menggedor Darwin, yaitu bahwa ada kecenderungan di alam untuk terus mengembangkan tipe tertentu yang semakin jauh dari aslinya—perkembangan yang tampaknya tidak terbatas.

Surat dan makalah Wallace dari Ternate menjadi tonggak penting bagi Darwin. Ia segera teringat dengan makalah yang ditulisnya pada 1842-1844, tetapi belum diterbitkan. Darwin kemudian mengirim makalahnya dan makalah Wallace ke sahabatnya, Charles Lyell.

Wallace masih di Papua, terjebak hujan, didera kelaparan dan demam, pada Juli 1858 saat makalahnya bersama tulisan Darwin—yang belum pernah diterbitkan—ditulis ulang dan dibacakan di hadapan Linnean Society. Makalah itu diberi judul On the Tendency of Species to Form Varieties; and on the Perpetuation of Varieties and Species by Means of Selection dan disebutkan ditulis oleh Charles Darwin, Alfred Wallace; dikomunikasikan oleh Sir Charles Lyell dan Joseph Hooker, anggota Linnean Society. Wallace sama sekali tidak dimintai pendapat soal penggabungan tulisan itu.

Pada 1859, saat Wallace masih menjelajah hutan di Nusantara, Darwin menerbitkan bukunya, Origin of Species. Buku berisi uraian lebih rinci tentang proses seleksi alam yang memicu evolusi itu kian memopulerkan Darwin sebagai ”Bapak Evolusi”, sementara Wallace cenderung dilupakan. Belakangan, dunia pengetahuan mendudukkan kembali posisi Wallace sebagai penemu teori evolusi bersama dengan Darwin. Sebelumnya, hanya Darwin yang menikmati popularitas sebagai penemu teori evolusi.

Pada waktu bersamaan, Wallace juga mengirim makalah untuk diterbitkan di Linnean Society berjudul On the Zoological Geography of the Malay Archipelago (1859). Dalam makalahnya, ia menuliskan bahwa Nusantara terbagi menjadi dua wilayah penyebaran fauna, satu di timur, dan lainnya di barat. Jika ditarik garis melalui Selat Makassar dan Selat Lombok, maka di sebelah barat garis itu akan kita temukan satwa khas Asia; di sebelah timur akan didapati satwa khas Australia. Padahal, kedua wilayah ini memiliki kondisi iklim dan habitat yang mirip. Delapan tahun kemudian, ahli anatomi, Thomas H Huxley, menyebut batas demarkasi penyebaran fauna di Nusantara ini sebagai garis Wallace.

Namun, Wallace tidak puas dengan kesimpulannya soal Sulawesi. Hal itu terus menghantui hingga menjelang akhir hayatnya. Dalam tulisan-tulisannya yang diterbitkan tahun 1859 dan 1863-1876, dia menempatkan Sulawesi di bagian timur garis Wallace. Namun, dalam bukunya The World of Life yang diterbitkan tahun 1910 atau tiga tahun sebelum kematiannya, Wallace merevisi posisi Sulawesi menjadi kelompok pulau-pulau di barat garis itu.

Posisi Sulawesi secara khusus dibicarakannya dalam buku Island Life sebagai ”Anomalous Island” atau Pulau Anomali. ”Fauna Sulawesi sangat berbeda dengan dua bagian Nusantara sehingga sangat sulit memutuskan di mana posisi pulau ini,” tulis Wallace.

Terletak tepat di tengah-tengah hamparan kepulauan Nusantara dan dikepung dari berbagai sisi oleh pulau-pulau dengan ragam kehidupan bervariasi, karakteristik fauna Sulawesi menunjukkan sejumlah ciri khas yang mengejutkan. Posisi Sulawesi harusnya membuat pulau ini kaya fauna yang bermigrasi dari segala penjuru, lebih dari yang bisa diterima Jawa.

Di Sulawesi memang ada sebagian satwa yang memiliki ciri Australia dan Asia. Hal itu yang membuat Wallace berpikir bahwa sebagian Sulawesi kelihatannya pernah bersatu dengan Asia dan sebagian lagi pernah bersatu dengan Australia.

Namun, kenyataannya hanya ada sedikit spesies fauna pendatang di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di Nusantara. Misalnya, jumlah mamalia dan burung di Sulawesi kurang dari separuh di Pulau Jawa. Padahal, Sulawesi jauh lebih luas dibandingkan dengan Jawa.

Sebaliknya, fauna khas Sulawesi justru sangat berlimpah. ”Sulawesi memiliki jumlah spesies endemis yang mengagumkan,” tulis Wallace.

Pengamatan Wallace soal kekhasan satwa Sulawesi lebih banyak didasarkan pada pengamatannya terhadap burung. Dia mencatat, dari 128 burung yang ditemukannya di Sulawesi, 80 spesies di antaranya adalah endemis. Di antara burung endemis itu, terdapat beberapa keanehan struktur yang mengejutkan dan tidak memiliki kerabat dekat dengan spesies di pulau-pulau sekitarnya. ”Spesies itu cukup terisolasi, mengindikasikan ada hubungan dengan tempat-tempat yang jauh letaknya, seperti Papua, Australia, India, atau Afrika,” ungkap Wallace.

Selain itu, Wallace juga banyak meneliti keragaman kupu-kupu Sulawesi. Dia mendata, dari 48 spesies kupu-kupu yang ditemukan di Sulawesi, 35 jenis di antaranya adalah endemis. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Jawa yang hanya memiliki 23 spesies endemis dari 70 kupu-kupu yang ditemukan di sana.

Wallace tidak membuat data rinci mamalia endemis. Namun, dia menyebutkan beberapa satwa Sulawesi yang menurut dia ajaib, di antaranya adalah babirusa, anoa, dan monyet hitam (yaki).

Penelitian terbaru tentang satwa endemis Sulawesi yang dirangkum Anthony J Whitten, Muslimin Mustafa, dan Gregory S Henderson dalam buku The Ecology of Sulawesi (1987) menyebutkan, dari 127 jenis mamalia Sulawesi, 79 di antaranya (62 persen) merupakan spesies endemis. Persentase ini bisa meningkat hingga 98 persen apabila kelelawar dimasukkan dalam penghitungan. Jumlah mamalia endemis Sulawesi merupakan yang tertinggi di Indonesia, disusul Papua (58 persen), Kalimantan (18 persen), dan Maluku (17 persen).

Pulau seluas 174.600 kilometer persegi itu juga menjadi daerah burung dan reptil endemis terbanyak nomor dua di Indonesia setelah Papua. Dari 328 jenis burung di Sulawesi, 88 spesies (27 persen) di antaranya adalah endemis. Dari 104 jenis reptilia, 29 jenis (27 persen) adalah endemis Sulawesi.

Anomali Sulawesi membuat Wallace mencari jawabannya pada proses geologi yang membentuk pulau ini. ”Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan penyelidikan geologi yang mendalam,” kata Wallace. Dia menduga keunikan satwa Sulawesi terkait dengan perubahan permukaan Bumi pada masa lalu, konsep yang waktu itu terdengar aneh, tetapi belakangan terbukti betul.


SUMBER
Kompas.com